Jakarta - Dengan dibekukannya sertifikasi A milik Research in Motion (RIM) selaku prinsipal BlackBerry dan sertifikasi B yang dimiliki para mitra operator dan importir paralel, maka tak pelak bayangan kerugian sudah di depan mata.
Jika tiap bulannya satu operator bisa menjual 3000 unit BlackBerry, maka jika dikalkulasikan oleh tiga mitra operator Indosat, Telkomsel, dan Excelcomindo Pratama (XL), nilai kerugian yang ditaksir mencapai US$ 6,8 juta per bulan.
Praktis, dalam bisnis BlackBerry ini, operator mungkin hanya bisa 'saling bunuh' untuk mengakuisisi pelanggan operator pesaing.
XL sendiri mengklaim masih punya persediaan handset BlackBerry ribuan unit untuk satu-dua bulan ke depan.
"Namun jika impor BlackBerry tak bisa masuk ke Indonesia, berarti operator hanya akan bersaing dari sisi layanan, jangkauan dan tarif saja," kata Handono Warih, petinggi XL yang berwenang soal BlackBerry, kepada detikINET, Jumat (10/7/2009).
Sementara Natrindo Telepon Seluler (Axis) yang baru saja masuk ke pasar BlackBerry, juga dipastikan ikut terpukul. Anak usaha Saudi Telecom dan Maxis dari Malaysia ini jadi satu-satunya operator yang menyediakan layanan BlackBerry tanpa punya pasokan handset.
Semula, Axis berjanji akan memasarkan paket BlackBerry pada Juli ini. Namun dengan dibekukannya impor sampai akhir Agustus nanti, praktis Axis hanya bisa ikut 'saling sikut' untuk akuisisi pelanggan eksisting saja.
Sampai saat ini belum ada pernyataan dari Axis, Telkomsel, maupun Indosat, mengenai kasus penghentian impor BlackBerry ini.
Friday, July 10, 2009
Operator Bisa 'Saling Bunuh' dan 'Saling Sikut'
Labels:
Berita,
Technology
Subscribe to:
Post Comments (RSS)
Komentar :
Post a Comment